#Ngebams
-Bamboo For Us-
/Perjalanan ke Ujung Borneo
Bambu di Kapuas Hulu Puttusibau,Kalimantan Barat
09-19 Oktober 2014
Team : Delta Surya M.A - Architecture researchers
Panggalih J.S - Business and markets researcher
Catherina P. - Anthropology researchers and policy
Hari Rosinta - Anthropology researchers
Jiana Nira - Archaeologists researcher
Ridwan Sya'rani - Ecology researcher
Team KPH Kapuas Hulu




Perjalanan bambu kali ini membawa kami ke ujung Indonesia bagian utara dan berjarak sekitar 2 jam dari perbatasan Indonesia-Malaysia, disinilah kami mencoba mengeksplore potensi bambu hingga pedalaman kalimantan. Sebuah penelitian dengan tema “Bamboo Pontetial and Market Assessment in KPH Kapuas Hulu” merupakan program GIZ ForClime dengan maksud tujuan menggali potensi dan sumber daya alam bambu serta membuka peluang pasar bambu oleh masyarakat setempat.
Penelitian “Kajian Potensi dan Pengembangan Bambu di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat” ini dilaksanakan di empat desa yang berada di Kecamatan Embaloh Hulu, yaitu di Desa Pulau Manak, Benua Ujung, Benua Martinus, dan Menua Sadap.
Jenis Bambu
Menurut Pak Laurensius Jantan (63 tahun, Patih Dayak Iban), ada beberapa jenis bambu di Desa Menua Sadap, yaitu:
1. Betung: rebungnya bisa dimakan
2. Betung surik: bergaris-garis, tebal, dulu biasanya untuk lantai dan dinding rumah.
3. Aur: daging bambunya tipis, rebungnya tidak dimakan
4. Pring
5. Anyang: tebal dagingnya sedang-sedang saja, cenderung lurus.
6. Engkalat: kecil-kecil. Rebungnya paling enak.
7. Bambu biasa: rebungnya bisa dimakan
8. Bambu amat: daging bambunya tipis, ruasnya panjang-panjang, biasa untuk memasak pulut/lemang.
9. Bambu bala: sulit tumbuhnya
10. Bambu kuning: berukir hijau. Apabila ada orang yang kebal senjata, bisa “dihantam” dengan bambu ini tetap akan jebol.
11. Munti’: banyak terdapat di pinggir-pinggir jalan, untuk lantai pondok menggunakan munti’yang tua. Selain itu, menurut Ibu Emilia, munti’ ini juga digunakan untuk membuat lemang dan jemuran.
12. Aur tulang: rebungnya enak dimakan.
13. Aur payan: rebungnya enak dimakan.
Menurut Empaga, jenis bambu yang paling banyak adalah aur atau pring. Bambu-bambu itu biasanya tumbuh di tepi-tepi sungai.
Sementara itu, dari hasil pertemuan sosialisasi di tingkat kecamatan yang dihadiri lebih banyak orang Tamambaloh, ada beberapa jenis bambu berikut ini.
1. Betung: tempat tumbuhnya di tepi sungai dan di permukiman.
2. Paring
3. Totoo: yang dibuat untuk bambu runcing, seruling, pelantik ‘ranjau hewan buruan’. Tempat tumbuhnya di sekitar permukiman.
4. Unti
5. Bakuan: yang biasa digunakan untuk lantai pondok ladang.
6. Paring anyam: digunakan untuk dinding dalam kondidi utuh.
7. Bambu kuning: bambu ini kurang digunakan, hanya untuk hiasan.
8. Tuniang: jenis bambu yang menjalar.
Rumah adat Betang asli di buat dengan keseluruhan struktur kayu, jumlah ruang (orang setempat lebih menyebut dengan istilah “pintu”. Jumlah “pintu” pada rumah Betang ditentukan dari musyawarah calon penghuni. Rata-rata rumah Betang bisa mencapai 30-40 pintu dan masih dimungkinkan bertambah pintu apabila ketersediaan lahan masih mencukupi. Setiap “Pintu” dapat menambah ukuran ruang horizontal kebelakang apabila setiap keluarga pemilik “pintu” mampu secara ekonomi untuk membangun ruang tambahan. Hal tersebut juga dapat menjadi paramater sosial ekonomi masing-masing keluarga.
Rumah Betang kini sudah mengikuti perkembangan zaman, dimana ada percampuran material selain kayu dalam bentukan rumah Betang sendiri. Atap yang semula menggunakan sirap kulit kayu kini sudah digantikan seng pabrikasi yang dinilai lebih tahan, dan dinding yang semula papan kayu kini berubah menjadi dinding semen.
Secara konstruksi struktur rumah Betang sambungan masih memakai pasak dan sambungan pen-lubang walaupun di zaman sekarang juga didominasi sambungan paku. Dinding semen pada bangunan lokal kini menggunakan semen tanpa bata, dimana cara pembuatannya dengan jaring kawat (sinpai) sebagai tulangan dan papan sebagai begistingnya. Harga balok kayu struktur bisa mencapai 80 ribu rupiah per 3 meter satu baloknya, sementara sinpai sebagai tulangan dinding 400 ribu rupiah per gulung, satu gulungnya 50 kg. Dan papan sebagai begisting dan lantai seharga 20 ribu rupiah per lembar.
Material Bambu sangat sulit ditemukan sebagai konstruksi dalam rumah masyarakat lokal. Alasannya bambu lebih mudah terserang bubuk dan tidak lebih awet dari kayu yang di taksir awet hingga 50 tahunan. Ketersediaan bahan kayu lokal juga menjadi pemicu kayu menjadi pilihan utama di banding bambu yang lebih dianggap sebagai hama lahan.
Bambu sendiri lebih banyak ditemukan dan dimanfaatkan sebagai peralatan adat dan alat pendukung sehari-hari semisal tangga, tempat jemuran, alas untuk pengasapan. Bambu juga digunakan untuk kandang ternak dan gubuk di ladang. Kandang ternak dan gubuk ladang menggunakan bambu untuk keseluruhan konstruksinya, mulai dari dinding yang menggunakan pelupuh bambu, lantai bilah bambu, hingga struktur utama dengan bambu. Bambu yang sering digunakan yaitu bambu legi (paring), Apus (munti’/unti’), dan Ampel (Aur/ Bulo Aur).
Manfaat Bambu
Ada berbagai manfaat bambu pada masyarakat Dayak Iban.
1. Untuk membuat tersang keduran ‘tempat atau wadah sesaji’.
2. Sembilu untuk memotong tembuni bayi
3. Sembilu untuk sunat
4. Sebagai alat musik, seruling misalnya.
5. Sebagai penakut binatang. Caranya bambu dibelah dan dibunyikan.
6. Ketika musim perang dibuat temilah runut
7. Untuk menyimpan rokok
8. Untuk menyimpan peluru sumpit (peluru sumpit itu beracun)
9. Untuk membuat petik (pelantik). Petik ini pada zaman perang akan dipasang di jalan-jalan musuh. Sekarang untuk jalan babi atau rusa.
10. Untuk membuat tombak. Untuk buat tombak, bambu betung dibelah dan diraut.
11. Untuk membuat keramba.
12. Untuk membuat dinding dan lantai rumah.
13. Untuk membuat pondok
14. Untuk masak makanan dalam buluh. Contohnya adalah lemang ‘terbuat dari pulut’
15. Untuk menampung getah karet hasil sadapan.
16. Selain untuk memasak lemang, buluh juga digunakan untuk memasak panso (memasak bahan makanan dengan diasukkan ke dalam buluh dan dibakar) ikan, semua daging bisa dipanso (ayam, babi, dan lain-lain).
17. Bambu juga dijadikan tangga untuk menyadap nira enau dari bambu pring.
18. Bambu juga digunakan untuk membuat peralatan dapur: agak (anyaman bambu untuk mencuci sayuran, untuk mencari sayur di kebun), sintong (wadah untuk membawa padi) kalau musim ketam, sintong ini banyak digunakan. Kalau tidak sedang musim mengetam maka sintong akan disimpan saja. Capan adalah alat untuk menyiangi bulir padi.
19. Bambu juga digunakan untuk membuat ketam pemanen padi.
20. Bambu juga digunakan untuk permainan rakyat, misalnya dengan 4 batang bambu yang panjangnya sekitar 2 m digunakan untuk bermain: 2 orang memegang 2 batang bambu berhadap-hadapan, 2 orang yang lainnya memegang 2 batang bambu lainnya dengan berhadap-hadapan secara menyilang. Lalu ornag-orang bermain melangkah-langkahkan kaki ketika bambu itu terbuka. Jangan sampai terjepit.
21. Bambu juga digunakan untuk membuat mainan anak-anak, misalnya kelayang.
22. Sebagai alat perang, bambu temiang dibuat tombak. Bambu temiang ini memiliki kelebihan daripada bambu lainnya. Ruasnya panjang dan ukuran diameternya kecil.
23. Bambu juga digunakan oleh tukang semanang ‘dukun’: Umpanya ada sakit najam dan badi, akan dilihat dengan media bambu. Untuk mengetahui badi apa maka akan digunakan bambu temiang. Caranya: dua bilah bambu temiang ukuran 3-4 cm diraut tipis kemudian dilekatkan dan dijatuhkan ke meja atau lantai, orang yang tahu akan mengetahui jenis badi atau najam yang menyerang si pasien. Sebagai contoh, karena membakar semut semadak di ladang, maka orang yang membakar semut itu bisa kena badi semut. Terkadang juga, ada badi yang disebabkan dari roh-roh yang ada di pohon beringin.
24. Untuk pengangkat karap pada alat tenun tradisional.
25. Bambu untuk membuat bubu dan alat menangkap ikan lainnya.
26. Untuk tiang pengikat burung parkit
27. Untuk dibuat jemuran baju.
28. Untuk pagar
29. Tempat membawa ayam
30. Supan ‘peniup api tungku’
31. Puputan ‘untuk muput api agar bara apinya kuat (pompa untuk mantan ‘menempa’ parang).
32. Sumpit yang terbuat dari bambu engkalat. Peluru sumpit-nya dari tanah liat yang dibulat-bulatkan kecil.
33. Penyilo’ ‘sisir kutu’ yang fungsinya untuk menghilangkan kutu dan telur-telurnya. Penyilo’ juga digunakan untuk membersihkan kulit babis etelah dibakar.
34. Bambu bisa untuk membuat anak panah dan juga busur.
Menurut Empaga, manfaat yang paling banyak ada adalah untuk membuat pondok ladang (bagian dinding dan lantai) dan kandang ayam.
Dari banyaknya manfaat bambu di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di keempat desa itu telah sangat terbiasa memanfaatkan bambu untuk keperluan-keperluan dari lahirnya bayi (sembilu) sampai untuk pelaksanaan ritual-ritual, misalnya ritual kematian (tersang ‘tempat sesaji’). Karena kedekatannya dengan bambu ini, maka usaha yang berbasis bambu sangat memungkinkan bagi masyarakat di keempat desa ini.